Soroti Gugatan Cucu Bung Hatta ke Jokowi dan Tito soal 88 Kepala Daerah, Rocky Gerung: Ini Memalukan

HARIANHALUAN.COM - Publik diramaikan oleh gugatan tentang pengangkatan dan pelantikan 88 Penjabat (PJ) kepala daerah ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) lalu hal semacam itu pun jadi perhatian Rocky Gerung.

Salah satu dari yang menggugat itu ialah cucu Wakil Presiden Pertama Muhammad Hatta, Gustika Fardani Jusuf. Nah, Rocky Gerung berpandangan bahwa ini seperti kisah seorang anak yang menegur raja.

Baca Juga: Kegelisahan Cucu Bung Hatta soal 272 Pejabat Bukan Pilihan Rakyat, Ini Kata Rocky Gerung

Rocky Gerung pun menilai bahwa Gustika ini jadi mengingatkan rakyat kepada penipuan politik karena masih ada orang milenial yang berpikir secara rasional, masih punya akal dan mengaku menganggap di mana-mana pemilihan umum itu ada ligitimasi.

"Ligitimasinya adalah suara rakyat," kata Rocky Gerung di dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official edisi Senin, 5 Desember 2022.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Bakal Bangkrut, Rocky Gerung Ungkap Penyebabnya dari IKN

Rocky menyebutkan kalau sekarang lebih 200 pemimpin itu tidak punya ligitimasi karena diangkat—bukan dipilih—ditunjuk langsung jadi sebetulnya Gustika ini mewakili satu alam pikiran begitu paham bahwa demokrasi harus diasuh benar-benar dari ligitimasi.

"Tetapi, ada lebih dari itu, saya tahu banyak anak muda yang punya kepekaan melihat bahwa demokrasi Indonesia itu, kok, buruk sekali, ya," kata Rocky.

"Nggak ada kompetisi, bahkan orang yang dipilih jadi presiden, justru nyari presiden di luar partainya, kan," tambah pria yang memakai baju putih itu.

Rocky pun menilai bahwa Gustika itu tahu bahwa Muhammad Hatta yang pertama kali membuka kesempatan melalui maklumat supaya partai politik itu tumbuh.

Jadi, sepertinya Gustika tahu bahwa kakeknya tidak tenang di alam sana kalau demokrasi Indonesia tak dipilih melainkan malah ditunjuk.

"Jadi, sekitarnya begitu dimensi batin yang saya baca dari kegelisahannya," ujar Rocky lagi.

Rocky juga menilai bahwa semua itu memalukan untuk politisi karena putri yang remaja; masih muda mampu melihat etika politik.

Namun, sangat berbanding terbalik dengan orang-orang di sekitaran Jokowi itu seolah tutup mata bahwa presiden betul-betul memakai baju sutra, padahal telanjang itu.