Mengenal Geolog Willem Hendrik de Greeve Orang Pertama Temukan Batubara Sawahlunto

- Jumat, 9 Desember 2022 | 14:10 WIB
Ilustrasi kota Sawahlunto pusat tambang batubara pertama Indonesia (Foto: Provsumbar.go)
Ilustrasi kota Sawahlunto pusat tambang batubara pertama Indonesia (Foto: Provsumbar.go)

HARIANHALUAN.COM - Tambang Batubara di Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat meledak pada Jumat 9 Desember 2022. Dikabarkan sebanyak 12 orang tertimbun reruntuhan dari lubang tambang tersebut.

Tahukah kamu, kalau tambang batu bara pertama di Indonesia itu terletak di Sawahlunto, Sumatera Barat?

Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang batubara. Kegiatannya sempat dihentikan yang akhirnya membuat kota tersebut seperti kota mati.

Baca Juga: Evakuasi Korban Terkendala Paparan Gas Metan di Lubang Tambang Batu Bara Sawahlunto 

Namun kini, Kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua dengan keberagaman etniknya dan dinobatkan sebagai kota tua terbaik di Indonesia.

Berdiri sejak 1888 membuat kota ini banyak memiliki bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda yang sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini dilakukan pemerintah setempat untuk mendorong pariwisata yang nantinya tercipta Sawahlunto sebagai “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Ombilin dinobatkan sebagai situs warisan dunia di Indonesia ke-5 setelah Candi Borobudur dan Candi Prambanan, situs sejarah manusia purba Sangiran di Sragen, dan sistem irigasi persawahan Subak di Bali.

Nama Sawahlunto diambil dari kata “sawah” dan sungai “Lunto”, nama sungai yang membelah wilayah berupa lembah yang subur tersebut. 

Baca Juga: Tambang Batubara di Sawahlunto Meledak Lagi, Begini Kronologinya Menurut Polisi

Lembah ini mulai beralih fungsi menjadi daerah pertambangan batu bara setelah seorang geolog muda Belanda bernama Willem Hendrik de Greeve menemukan kandungan batubara di wilayah tersebut pada tahun 1868.

Harianhaluan.com melansir dari laman indonesia.go.id, laporan ke Batavia mengenai penemuan ini kemudian disusun dengan judul “Het Ombilin-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het transportstelsel op Sumatra Westkust” pada tahun 1971.

Melihat potensi ini, pada 1883 hingga 1894 mulai dilakukan pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut.

Erwiza Erman dalam buku Membaranya Batubara: Konflik Kelas dan Etnik Ombilin-Sawahlunto-Sumatera Barat 1892-1996 menyebutkan, batubara memiliki peranan yang penting dalam mendukung berbagai kegiatan perekonomian sebelum ditemukannya minyak dan sumber bahan bakar lainnya.

Pada 1872, dr Greeve melanjutkan eksplorasinya di wilayah tersebut sampai ia harus tewas karena kecelakaan di Sungai Indragiri dalam proses penelitiannya ini. Kemudian dua insinyur tambang asal Belanda lainnya, Jacobus Leonardus Cluysenaer dan Daniel David Veth melanjutkan penelitian ini pada tahun 1874.

Halaman:

Editor: Mufrod

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X