Sejarah Lubang Tambang Mbah Suro, Salah Satu yang Terkenal di Sawahlunto

- Jumat, 9 Desember 2022 | 14:55 WIB
Tambang Lobang Mbah Soero (Harianhaluan)
Tambang Lobang Mbah Soero (Harianhaluan)


HARIANHALUAN.COM - Pada Jumat, 9 Desember 2022, tambang batubara milik PT. Nusa Alam Lestari di Sawahlunto, Sumatera Barat meledak. Dikabarkan ledakan ini menimbun sekitar 12 orang di dalamnya.

Sawahlunto memang dikenal sebagai wilayah tambang batubara pertama di Indonesia. Salah satu lubang tambang yang terkenal di Sawahlunto yaitu Lubang Tambang Mbah Suro.

Harianhaluan.com melansir dari laman museumindonesia.com, sebelum dikenal dengan nama Lubang Tambang Mbah Soero atau Suro, lubang ini dinamakan Lubang Soegar. Menjadi lubang pertama di kawasan Soegar yang dibuka oleh Kolonial Belanda pada 1898, lubang ini dikenal memiliki kandungan batubara paling bagus karena terletak di kawasan yang merupakan lapisan patahan paling bawah dari permukaan Bumi. Dibandingkan dengan daerah lain seperti Sungai Durian, Sigalut, Parambahan, dan Tanah Hitam, Lubang Soegar memiliki kandungan sekitar kalori 7000.

Pekerja paksa dari berbagai penjara di Nusantara, didatangkan untuk menggali lubang ini melalui Emma Haven atau Pelabuhan Teluk Bayur dan selanjutnya menggunakan kereta api menuju Sawahlunto.

Baca Juga: 2 Kali Makan Korban, Ternyata Ini Orang Kuat di Balik PT NAL Sawahlunto

Para pekerja paksa ini juga dikenal dengan sebutan orang rantai. Hal ini karena, rantai dipasang pada kaki saat mereka bekerja, ditambah dengan upah yang kecil dan makanan yang seadanya.

Masih dari laman yang sama, tercatat jumlah produksi batubara yang dihasilkan para pekerja paksa di tahun 1892 itu sebanyak 48.000 ton. Kemudian setelah Lubang Soegar terbentuk, produksi meningkat menjadi 196.207 ton di tahun 1900.

Produksi batubara dari Lubang Soegar yang kian meningkat, bukan menjadi hal yang membahagiakan bagi para orang rantai. Sebaliknya, perseteruan antar pekerja dan juga penyiksaan terhadapnya justru kian meningkat.

Para pekerja mendapat hukuman cambuk rata-rata tiga kali dalam satu tahun. Ditambah mereka saling berkelahi memperebutkan barang langka seperti rokok dan uang yang tak jarang menimbulkan korban jiwa. Para mandor tak pernah melerai. Fokus mereka hanya pada jumlah produksi yang dihasilkan para pekerja paksa yang tidak boleh kurang dari 6 ton per shift setiap kelompok.

Baca Juga: Mengenal Ombilin Sawahlunto, Tambang Batubara Tertua di Asia Tenggara

Awal abad ke-20, orang belanda mendatangkan mandor dari Jawa yang salah satunya bernama Mbah Soerono atau Mbah Soero. Ilmu kebatinan yang dimilikinya membuat orang Belanda memilih untuk menjadikannya mandor di pertambangan tersebut. Mbah Soero ditugaskan oleh Kolonial Belanda untuk mengawasi wilayah pertambangan di Lubang Soegar ini.

Harianhaluan.com melansir dari laman indonesia.go.id, ada beberapa versi cerita tentang sosok Mbah Soero ini. Salah satu versi menyebutkan bahwa Mbah Soero merupakan sosok pekerja keras, tegas, dan taat beragama yang disegani karena dipercaya memiliki ilmu kebal.

Sementara versi lainnya menyebut, Mbah Soero adalah mandor yang kejam dan tak jarang menyiksa anak buahnya menggunakan cambuk. Mbah Soero diyakini sebagai salah satu orang yang berpengaruh di wilayah pertambangan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan namanya yang kini diabadikan sebagai ganti dari nama Lubang Soegar.

Adanya rembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas metana yang terus meningkat, membuat Lubang Soero akhirnya ditutup pada tahun 1920-an. Hingga pada 2007, pemerintah Kota Sawahlunto yang ingin membuat Sawahlunto sebagai “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya” membenahi kembali beberapa wilayah bekas tambah, salah satunya Lubang Soero ini.***

Halaman:

Editor: Hudori Ahmad

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X