Ngeri! Pemilu 2024 Memanas, Adi Prayitno: Rakyat Dipaksa Menghafal

- Senin, 26 Desember 2022 | 11:22 WIB
KPU gelar pengambilan nomor parpol peserta Pemilu 2024 (Ist)
KPU gelar pengambilan nomor parpol peserta Pemilu 2024 (Ist)

HARIANHALUAN.COMPemilu 2024 semakin memanas dan banyak sekali pembahasan mengenai pemilu tersebut.

Mulai dari KPU selaku penyelenggara pemilu, intrik partai politik selaku peserta pemilu, hingga pandangan masyarakat sebagai pemilih dalam pemilu.

Adi Prayitno, seorang pria yang dikenal sebagai pengamat politik memberikan pendapatnya mengenai Pemilu 2024 di sebuah acara talkshow politik di salah satu kanal YouTube Indonesia.

Baca Juga: 2 Kecamatan di Sulawesi Selatan Langganan Banjir, Sebagian Warga Ogah Evakuasi Mandiri

Dirinya menyampaikan dengan banyaknya partai politik yang ada di Indonesia membuat rakyat dipaksa untuk menghafal partai mana saja yang akan mengikuti kontestasi Pemilu 2024 ini.

"Saya kira yang harus kerja keras itu bukan hanya kontestan dan KPU untuk memperkenalkan partai politik, tetapi rakyat juga dipaksa untuk menghafalkan sebanyak 17 partai yang harus bertanding di Pemilu 2024," ucap Adi.

"Saya pun harus menghitung ulang karena banyak partai politik yang belum in charge di pikiran saya itu bahwa mereka akan bertanding di Pemilu 2024. Artinya bagi kita yang day to day yang berbicara tentang politik butuh adaptasi yang agak panjang untuk mengingat nama partai dan nomor urut partai yang bertanding, apalagi rakyat yang tiap hari tidak berbicara tentang politik," lanjut Adi.

Baca Juga: Viral Dosen Universitas Andalas Diduga Lecehkan 8 Mahasiswi, Athari : Usut Tuntas!

Pria yang dikenal sebagai pengamat politik dengan persona Madura ini juga menegaskan mengenai aturan kampanye yang hanya 75 hari itu tidak akan efektif untuk partai politik yang bertanding.

"Makanya aturan kampanye yang hanya 75 hari itu tidak akan efektif bagi partai yang ikut dalam pemilu untuk memperkenalkan dan menyampaikan visi misi partainya kepada rakyat, ini nonesense dan orang akhirnya hanya berbicara tentang personal capres atau cawapres" tegas Adi.

Menurut Adi, hal tersebut juga membuat rakyat tidak mengenali identitas setiap partai dan akhirnya hanya tahu slogan atau tagline setiap partai yang ada di media sosial, tetapi tidak mengetahui arti dari tagline tersebut.

Baca Juga: Penggeledahan Ruang Kerja Khofifah oleh KPK Diduga Bermuatan Politis, Satrio Hendra: Kebetulan Saja

Adi juga menjelaskan bahwa hal ini merupakan kerumitan bagi sistem elektoral negara yang menganut presidensial dengan multipartai yang sangat ekstrim.

"Tentu saja hal ini menjadi kerumitan sistem elektoral kita di tengah sistem presidensial multipartai yang sangat ekstrim," beber Adi.

Halaman:

Editor: Dodi Caniago

Tags

Rekomendasi

Terkini

X