Bahaya! Data Kesehatan Mental Diperjual Belikan di Internet, Simak Risikonya

- Rabu, 15 Februari 2023 | 10:53 WIB
Ilustrasi data kejahatan jual beli mental Foto: Ist
Ilustrasi data kejahatan jual beli mental Foto: Ist

HARIANHALUAN.COM - Pandemi yang berlangsung parah pada 2020 lalu, memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan, tidak saja secara fisik, tetapi juga mental, namun begitu, masyarakat tidak dapat leluasa mendatangi dokter untuk berobat ataupun sekedar konsultasi.

Kondisi itu memperparah keadaan, hingga timbul insiatif untuk melakukan konsultasi yang lebih praktis, yaitu dengan menhubungi tempat-tempat terapi atau yang menyediakan jasa kesehatan secara virtual, melalui handphone masing-masing.
 
Terdapat aplikasi yang bernama Telehealth, menyediakan jasa untuk para penderita kesehatan mental, agar dapat berkonsulasi dengan dokter, hanya perlu mendaftarkan diri pada aplikasi tersebut untuk dapat menggunakan jasa layanan konsultasi secara online.
 
 
 
Alih-alih berdampak baik, ternyata data dari setiap pengguna diperjual belikan oleh pihak penyedia aplikasi, seorang peneliti dari Duke's University menemukan bahwa data dari setiap pasien yang menggunakan jasa aplikasi untuk menghubungkan mereka dengan dokter, ternyata diperjual belikan.
 
Dilansir dari dailymail.co.uk, Joanne Kim menemukan hal tersebut ketika ia mengetik di Google "data kesehatan mental dijual" dan "informasi kesehatan untuk dijual", tidak berhenti sampai disitu, Kim mencoba menghubungi 37 pialang data dan menanyakan apakah ada data kesehatan yang dapat digunakan atau dijual.
 
Berhasil menghubungi pialang data tersebut, Kim bahkan tiba pada negosiasi, kelengkapan data yang cukup detail, dimana status perkawinan, tanggal lahir, diagnosa, kode pos, agama, jumlah anak, bahkan kekayaan bersih sampai kredit tertera dalam data yang diperjual belikan tersebut.
 
 
 
Untuk kompensasinya data tersebut berharga USD2.500, harga dari salah satu data yang pemiliknya mengidap depresi dan cemas, variatif harga dari setiap data, namun tidak ada batasan dalam menggunakan data tersebut.
 
Kejadian di Amerika Serikat ini lantas membuat masyarakat di sana cemas, bagaimana tidak, data-data penting seperti kode pos ataupun tanggal lahir mereka dapat digunakan oleh berbagai pihak yang tidak bertanggungjawab.***

Editor: Mufrod

Sumber: Daily Mail

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X