Yudi merincikan, total anggaran pembangunan Terminal Anak Aia mencapai Rp50 miliar. Tahun ini, baru dianggarkan sebanyak Rp10 miliar, Rp5 miliar dari APBD Kota Padang dan Rp5 miliar dari APBN. Hingga saat ini, anggaran yang sudah dapat dicairkan sebanyak Rp2,5 miliar, kemudian diusahakan lagi permohonan kepada pemerintah pusat.
Pembangunan terminal yang telah direncanakan sejak 2012 tersebut membutuhkan tanah seluas 4,5 hektare (ha). Yudi memastikan, bahwa urusan pembebasan lahan untuk terminal sudah rampung, saat ini tengah dilakukan pembebasan lahan untuk memperlebar jalan ke lokasi terminal oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU). Meskipun ditargetkan baru akan selesai pada 2018, kehadiran Terminal Anak Aia diharapkan dapat mengentaskan masalah transportasi Kota Padang yang salah satunya disebabkan menjamurnya terminal bayangan.
Berdasarkan pantauan Haluan pada Minggu (5/4), tak kurang dari lima titik terminal bayangan di Kota Padang beroperasi setiap hari dan menyebabkan kemacetan serta munculnya banyak travel liar. Seperti di lokasi sepanjang Jalan Raya Dr. Hamka depan kampus UNP, Jalan Dr. Sutomo, Simpang Bypass, Lubuk Begalung (Lubeg) dan Simpang Gaung, selalu ramai oleh angkutan umum yang ngatem menunggu penumpang. Baik itu angkutan legal maupun angkutan illegal. “Meskipun mungkin agak lama selesainya, kita berharap Terminal Anak Aia nanti bisa menjadi solusi,” lanjut Yudi.
Sementara itu, pengamat transportasi asal Universitas Andalas (Unand) Yossyafra beberapa waktu lalu kepada Haluan mengatakan, pembangunan Terminal Anak Aia mesti melewati pengkajian yang lebih dalam agar tidak bernasib sama dengan beberapa terminal yang dibangun di Sumbar, namun akhirnya tak berfungsi karena tidak dikaji dengan matang sebelum dibangun. “Saya berharap pemerintah benar-benar mengkaji trayek Angkutan Kota (angkot) terlebih dulu, sebelum memutuskan pembangunan Terminal Anak Aia. Jangan nanti setelah dibangun akan menjadi Terminal Aia Pacah jilid kedua,” ucap Yossyafra. (h/mg-isq)