PADANG, HARIANHALUAN.COM - Tim Nagari Development Center (NDC) Universitas Andalas (Unand) siap memacu keparawisataan Nagari Sungai Pinang, salah satu nagari di Kawasan wisata Bahari Nasional Mandeh, Pesisir Selatan.
Baca Juga: Bubar dengan Tertib, BEM SI akan Demo Lagi dengan Massa Lebih Besar
Pada program pengabdian masyarakat yang berlangsung 13-20 September 2021 itu, NDC Unand satu tim yang terdiri dari Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Wahyu Pramono dan Indraddin, serta Faidil Tanjung dari Fakultas Pertanian.
Pengembangan usaha wisata yang melibatkan masyarakat di Kawasan Mandeh menjadi amat penting, karena berdampak positif terhadap peningkatan usaha ekonomi masyarakat di nagari.
Walinagari Sungai Pinang Darmen, kepada tim menjelaskan, usaha pariwisata merupakan salah satu usaha alternatif pendukung peningkatan ekonomi masyarakat. Nagari Sungai Pinang, ujarnya, merupakan lokasi yang memiliki banyak sekali panorama indah dan menarik yang menjadi daya pemikat pengunjung wisata ke Kawasan Mandeh.
Selain memiliki pantai yang indah dengan pasir putih dan air yang jernih, jelasnya, juga memiliki terumbu karang yang bagus serta kawasan wisata pulau yang cantik. Sayangnya, kawasan ini belum terkelola secara baik dan terencana apalagi kawasan wisata yang berwawasan lingkungan.
Untuk itulah, pemerintah nagari menjalin kerjasama dengan Universitas Andalas di bawah koordinasi Nagari Development Center (NDC) Universitas Andalas.
Bersama Tim Pengabdian Universitas Andalas telah dirancang beberapa kegiatan seperti pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis), penyusunan desain tata ruang pengembangan pariwisata, dan penguatan kelompok pelestarian lingkungan di Kawasan Pariwisata Sungai Pinang.
Pokdarwis dibentuk tidak saja dengan mengangkat pengurus kelompok tapi terlebih dahulu dengan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan penumbuhan kesadaran tentang pentingnya usaha pariwisata di nagari dan pentingnya melakukan intervensi terhadap masyarakat pelaku usaha pariwisata.
Penyusunan desain tata ruang pariwisata dilakukan secara partisipatif, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat sebagai pelaku usaha pariwisata dan terjaminnya keberlanjutan program intervensi penguatan pelaku usaha pariwisata. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan pengkajian masyarakat dari sisi sosial dan kelembagaan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk memetakan potensi permasalahan serta solusi dalam mengatasi masalah pengembangan usaha pariwisata.
Penguatan kelompok pelestarian usaha pariwisata dilakukan melalui menjalin kerjasama dengan kelompok peduli lingkungan yang sudah ada di Sungai Pinang. Ada dua kelompok peduli lingkungan yang sudah beraktifitas di nagari tersebut, yaitu Andespin dan Yayasan Rimba.
Andespin yang dipelopori oleh David memiliki konsentrasi terhadap menjaga kerusakan terumbu karang dan pengembangan hutan mangrove. Kelompok ini pada awalnya bergerak dalam bidang selam, lalu dari aktivitas ini pemuda yang tergabung dalam aktivitas selam itu diajak berpartisipasi dalam pemeliharaan terumbu karang. Selain menjaga terumbu karang, kelompok ini juga aktif melakukan pemeliharaan hutan mangrove.
Baca Juga: Kemenko Marves Sepakat Fasilitasi Pembangunan RDF di TPA Aie Dingin
Aktivitas yang mereka lakukan adalah mengembangkan pembibitan mangrove dengan melibatkan partisipasi masyarakat terutama pemuda. Untuk memperlancar aktifitas mereka kelompok ini menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti Dinas Lingkungan Hidup, PT Jasa Raharja, dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat Warung Informasi Konservasi (Warsi).