Penyusunan desain tata ruang pariwisata dilakukan secara partisipatif, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat sebagai pelaku usaha pariwisata dan terjaminnya keberlanjutan program intervensi penguatan pelaku usaha pariwisata. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan pengkajian masyarakat dari sisi sosial dan kelembagaan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk memetakan potensi permasalahan serta solusi dalam mengatasi masalah pengembangan usaha pariwisata.
Penguatan kelompok pelestarian usaha pariwisata dilakukan melalui menjalin kerjasama dengan kelompok peduli lingkungan yang sudah ada di Sungai Pinang. Ada dua kelompok peduli lingkungan yang sudah beraktifitas di nagari tersebut, yaitu Andespin dan Yayasan Rimba.
Andespin yang dipelopori oleh David memiliki konsentrasi terhadap menjaga kerusakan terumbu karang dan pengembangan hutan mangrove. Kelompok ini pada awalnya bergerak dalam bidang selam, lalu dari aktivitas ini pemuda yang tergabung dalam aktivitas selam itu diajak berpartisipasi dalam pemeliharaan terumbu karang. Selain menjaga terumbu karang, kelompok ini juga aktif melakukan pemeliharaan hutan mangrove.
Baca Juga: Kemenko Marves Sepakat Fasilitasi Pembangunan RDF di TPA Aie Dingin
Aktivitas yang mereka lakukan adalah mengembangkan pembibitan mangrove dengan melibatkan partisipasi masyarakat terutama pemuda. Untuk memperlancar aktifitas mereka kelompok ini menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti Dinas Lingkungan Hidup, PT Jasa Raharja, dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat Warung Informasi Konservasi (Warsi).