Ternyata olahraga atletik Indonesia telah dibekali teori dasar Fisika yang bertujuan agar atlet mampu memperbaiki prestasi. Bermula bulan September 2021 di Stadion Madya Senayan, Jakarta, terpampang tulisan mengenai hukum II Newton. Karena itu, ilmu fisika kini menjadi elemen penting dalam cabang atletik.
Pelatih maupun atlet selanjutnya diharapkan memahami teori dasar fisika untuk meningkatkan prestasi. Sesuai dengan Hukum II Newton, makin cepat berlari saat awalan, atlet akan makin jauh terdorong ke depan. Sebab, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya serta berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan pun akan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Hukum Newton dicetuskan pertama kali oleh Sir Issac Newton yang terdiri atas tiga hukum, yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari termasuk bidang olahraga atletik.
Sekretaris Umum PB PASI pun menyatakan nomor lari 100 meter memiliki faktor yang harus diperhatikan, yaitu reaksi papan start, meluncur dari papan start, mengembangkan kecepatan, memelihara kecepatan, dan meminimalkan perlambatan menjelang finish.
Teori itu pun telah diterapkan oleh Amerika Serikat yang menjadi kiblat atletik dunia. Calon atlet dan pelatihnya pun harus mempelajari ilmu fisika di tingkat perguruan tinggi yang nantinya diaplikasikan dalam pelatihan.
Untuk membumikan sport science di atletik ini, PB PASI pernah mendatangkan pelatih atletik terbaik dunia 2016 asal Amerika Serikat untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pelatih Indonesia. Tak hanya teori, pelatih dunia itu berbagi ilmu dengan praktik langsung di lapangan, terutama nomor sprint atau lari cepat yang menjadi induk semua nomor pertandingan atletik.
Menurut pelatih dunia itu, ketika berlari tubuh atlet mesti tegak tepat di pusat gravitasi dan kaki melangkah ke depan dengan jatuh ke bawah secara tegap. Lewat ayunan pinggang dan tangan, tubuh pun otomatis terbawa ke depan.
Teori fisika itu pun sekaligus menepis anggapan bahwa kaki mesti melangkah lebar dan segera menarik tubuh ke depan. Tak jarang, tapak kaki seolah mencakar lintasan untuk menarik tubuh ke depan. Hal itu tidak akan memperbaiki kecepatan, tapi memicu cedera. Begitu pula dengan olahraga tolak peluru.
Olahraga tolak peluru merupakan salah satu cabang olahraga atletik. Para atlet akan melemparkan bola besi (peluru) yang berat sejauh mungkin. Dalam tolak peluru, hasil yang optimal pun membutuhkan gerakan-gerakan afektif yang berkaitan dengan asas dan hukum fisika.
Berikut ini gerak tubuh atlet dan hukum fisika dalam olahraga tolak peluru:
1. Gerak relatif
Gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi dari suatu objek ditinjau dari segi pandang tertentu. Objek diam atau bergerak yang bergantung pada titik pandang tertentu disebut gerak relatif.
2. Penyebab gerakan
Gerakan bisa terjadi akibat gaya. Gaya merupakan dorongan yang menciptakan gerakan. Jika melihat benda bergerak, pasti ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.