Sementara, inersia adalah kekal atau abadi sehingga benda tersebut mempertahankan keadaan semula. Gerak bisa terjadi jika gaya lebih besar ketimbang tahanan (resistance). Pada tolak peluru, atlet harus menggunakan gaya yang besar untuk hasil optimal dalam lemparannya.
3. Pola gerakan: translasi dan rotasi
1) Gerak translasi
Gerak ini bisa terjadi, karena objek bergerak dari satu tempat ke tempat lain (translate), atau gerak linear. Gerak linear ini dikelompokkan menjadi rektilinear dan kurvilinear. Tolak peluru termasuk gerak kurvilinear atau gerak lengkung, karena lintasannya berbentuk garis lengkung.
2) Gerak rotasi
Gerak rotasi atau angular bisa terjadi, karena objek bergerak pada lintasan lingkaran mengelilingi satu titik yang tetap. Jarak yang ditempuh berupa busur kecil atau satu lingkaran penuh, kebanyakan gerakan segmen tubuh mengayun pada satu titik yang tetap dan lintasannya berbentuk busur lingkaran.
Pada tolak peluru, gerakan lengan seperti kincir angin yang berputar pada sendi bahu merupakan gerak rotasi. Segmen tubuh yang bergerak dalam gerakan itu merupakan radius lingkaran. Gerakan linear telapak tangan sebagai hasil gerak angular lengan bawah dan lengan atas merupakan gerak berulang (reciprocating motion).
4. Hukum Newton
Pada olahraga tolak peluru, hukum I Newton berlaku, yaitu bola tolak peluru akan diam jika tidak diberikan gaya dari luar. Dalam tolak peluru, sifat kekekalan sebuah benda terdapat pada peluru. Ketika peluru dilempar, peluru akan terus bergerak secara beraturan dan akan jatuh dan berhenti. Terbukti, setiap benda yang tidak bergerak, akan tetap diam, terkecuali ada gaya dari luar yang menggerakkannya.
Pada olahraga tolak peluru, hukum II Newton pun berlaku, yaitu ketika melakukan lemparan tolak peluru bola akan lebih jauh jika diberikan lemparan yang kuat dan sudut elevasi 450. Makin cepat dan kuat tangan melempar, sifat inersia atau kekekalan dari bola akan bisa dipertahankan sejauh mungkin.
Pada olahraga tolak peluru, hukum III Newton berlaku, yaitu ketika tungkai ditekuk tanah akan memberikan reaksi sebaliknya terhadap tungkai. Dalam lempar cakram, ketika tungkai belakang yang ditekuk, diluruskan sehingga terjadi gaya dorong yang mengakibatkan tubuh bergeser ke depan. Ketika tungkai ditekuk tanah, terjadi reaksi pada tungkai untuk melakukan tolakan dari ditekuk menjadi lurus.
5. Momentum dan impuls
Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurang akibat dengan penambahan atau pengurangan massa atau kecepatannya. Kecepatan yang besar dari atlet ketika tolak peluru memberikan momentum yang lebih besar pula ketika dilepaskan, meski massa atlet tersebut kecil.
Impuls merupakan hasil kali antara gaya dan waktu, atau hasil kali antara massa objek dan perubahan kecepatannya. Gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan kecepatan tertentu selama waktu tertentu adalah sebanding dengan massa objek.
Atlet tolak peluru umumnya melakukan suatu gaya pada peluru dalam waktu yang lama sebelum bola besi itu. Atlet pun memberikan percepatan yang besar dengan menyesuaikan posisi segmen tubuh sehingga meningkatkan lamanya gaya yang dikeluarkan.
Berikut ini komponen yang memengaruhi gerak tolak peluru:
1. kecepatan awal pada gerak tolak peluru
2. kecepatan dan perpindahan benda arah horizontal pada gerak tolak peluru