10 Tari Tradisional Sulawesi Selatan

- Selasa, 29 Maret 2022 | 08:53 WIB
Tari Bosara (Sulawesi Selatan)
Tari Bosara (Sulawesi Selatan)

Ibukota Sulawesi adalah Makassar. Provinsi yang terletak di wilayah Indonesia bagian tengah ini dihuni oleh penduduk dengan latar belakang heterogen, yaitu Bugis, Makassar, dan Mandar yang sangat dominan. Hal inilah yang membentuk keragaman budaya, salah satunya adalah tarian.

Jumlah tarian tradisional khas Sulawesi Selatan sebanyak 316 jenis tarian adat. Dari jumlah itu, 98 tarian adalah tarian Bugis, 116 tarian Mandar, 66 tarian Makasar, dan 36 tarian Toraja. Dalam pembahasan kali ini, kita akan membahas 10 tari tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Simak artikel berikut.

Tari Tradisional Khas Sulawesi Selatan

  1. Tari Bosara

Tari Bosara adalah tari tradisional Sulawesi Selatan yang bermakna satu kesatuan utuh yang terbagi di dalam piring. Pada zaman dahulu, tari ini bertujuan untuk menyambut tamu kehormatan. Tari ini sering dipentaskan pada acara penting sebagai tarian untuk menjamu para raja didampingi dengan suguhan kue-kue tradisional. Selain itu, tari ini juga dipentaskan di beragam pesta, misalnya pesta perkawinan serta acara khitanan.

Baca Juga: 11 Tari Tradisional Khas Sulawesi Utara

Properti yang digunakan penari adalah piring yang tersusun di atasnya makanan dan tutup bosara. Piring diberi alas berupa kain rajutan dari wol untuk tempat menyimpan kue dan tutup bosara. Umumnya kue-kue yang disajikan adalah kue-kue tradisional. Bisa berupa kue kering atau kue basah. Contoh kue tradisional dalam tari Bosara adalah cucur, brongko, bolu peca’, kue lapis, biji nangka, kue sala’ dan lain-lain.

  1. Tari Gandrang Bulo

Tari Gandrang Bulo adalah tari daerah Sulawesi Selatan yang mengandung unsur humor juga lawakan yang seakan mengkritik isu sosial, budaya dan politik. Biasanya, tari ini dipentaskan saat pesta rakyat. Arti kata dari Gandrang Bulo sendiri adalah tabuhan bambu.

  1. Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena muncul sejak masa Kerajaan Gowa. Pakarena memiliki arti bermain. Menurut legenda, tarian tradisional ini berasal dari cerita perpisahan antara penghuni bumi dengan negeri khayangan. Sebelum berpisah, penghuni negeri khayangan mengajarkan pada penghuni bumi tentang cara hidup misalnya cocok tanam, beternak, bahkan berburu melalui gerakan. Sesudahnya gerakan-gerakan tersebut jadi suatu ritual tanda syukur para penghuni bumi kepada penghuni khayangan.

Gerakan tarian menggambarkan perempuan Gowa yang setia dan patuh pada suami dan laki-laki. Terdapat makna tersendiri pada tiap pola gerakan. Contohnya seperti gerakan penari berputar searah jarum jam. Gerakan ini mencerminkan siklus kehidupan manusia.

  1. Tari Ma’Badong

Ma’Badong adalah tarian Sulawesi Selatan yang berasal dari Suku Toraja. Tarian ritual  ini merupakan bagian dari Rambu Solo yang juga dikenal dengan sebutan upacara kematian. Ma’Badong merupakan tarian ritual yang mempunyai aturan baku. Salah satunya jumlah penari yang minimal harus lima orang. Syair lagunya juga terstruktur dan diberi tambahan riwayat hidup mengenai orang yang meninggal dari semenjak lahir hingga wafatnya. Tarian ini durasinya lama sekali, bahkan ada yang hingga tiga hari tiga malam terus-menerus dilakukan di pelataran duka.

Formasi dari penari atau Pa’badong adalah formasi melingkar. Para penari saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingkingnya. Pada umumnya pa’badong adalah pria dan wanita yang sudah setengah baya itu akan dipimpin oleh Ambe’ Badong (laki-laki) dan Indo’ Badong (perempuan). Keduanya akan memimpin sembari melantunkan syair atau disebut kadong badong, yang kemudian diikuti juga oleh seluruh penari berbalas-balasan. Adapun gerakan tari seirama dengan lantunan syair yang dibawakan.

  1. Tari Ma’Gellu

Tari Ma’gellu berasal dari suku Toraja. Tari ini dipentaskan saat perayaan dengan suasana sukacita. Kata Ma’gellu berasal dari gellu yang berarti menari. Lalu, Ma’Gellu berarti menari dan pa’gellu berarti penari. Penari Ma’gellu biasanya adalah perempuan yang berjumlah ganjil.

  1. Tari Ma’Randing

Tari Ma’randing memiliki kesamaan dengan tari Ma’badong dan terkait dengan upacara Rambu Solo atau pemakaman. Tari ini bertujuan untuk memuji keberanian juga kekuatan almarhum ketika mereka hidup. Asal istilah ma’randing dari kata randing yang artinya memuliakan sembari menari.

Baca Juga: 5 Lagu Daerah Sulawesi Selatan yang Terkenal

Halaman:

Editor: Ruswanti

Sumber: keluyuran.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X