HARIANHALUAN.COM- Secarik kertas Mohammad Yamin menjadi sumpah dan ikrar dalam semangat kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai saat ini, ia pelopor dan yang menulis rumusan kongres Sumpah Pemuda II.
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis M. Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Sugondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan).
Sambil berbisik kepada Sugondo (Ketua Kongres Pemuda II) "Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie" (Artinya: Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Sugondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga.
Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Sugondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh M. Yamin.
Baca Juga: Kemendikbud Terbitkan Pedoman Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94, Ini Bunyi Ikrar Sumpah Pemuda
Dalam menyusun ikrar Sumpah Pemuda, Dia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia.
M.Yamin juga mengemban tugas sebagai Sekretaris dalam kepanitiaan kongres Sumpah Pemuda II dimana rapat pertama di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) Lapangan Banteng, Jakarta. Rapat kongres pemuda pertama berlangsung Sabtu, 27 Oktober 1928.
Ketua Kongres Pemuda II, Sugondo berharap kongres tersebut dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Lalu, dilanjutkan dengan uraian M. Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan.
Rapat kedua di gedung Oost-Java Bioscoop pada Minggu, 28 Oktober 1928, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Purnomowulan dan Sarmidi Mangunsarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Ia memang tidak bisa lepas dengan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, ia lahir pada 23 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar).Baca Juga: Sosok Mohammad Yamin Perumus Sumpah Pemuda asal Sawahlunto Sumbar
Rapat ketiga berlangsung di gedung Indonesisch Huis Kramat. Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan atau di ikrarkan sebagai Sumpah Setia.
Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.
Berikut nama-nama pemuda yang ikut dalam Kongres Pemuda II tersebut: