HARIANHALUAN.COM - Padang terkenal dengan istilah Kato Nan Ampek. Masyarakat Padang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma adat istiadat.
Istilah Kato Nan Ampek bagi masyarakat Padang merupakan suatu pedoman dalam bersikap dan bertutur kata.
Apa itu Kato Nan Ampek? Artikel ini akan memberikan penjelasannya.
Hidup di ranah Minang tentu ada aturan adat istiadat, norma, hukum, dan nilai-nilai agama Islam yang dijunjung tinggi.
Baca Juga: Sejumlah Fakta di Balik Geliat Dagang Orang Minang yang Begitu Masif di Tanah Air
Hal itu telah diajarkan secara turun-temurun oleh tokoh adat, guru, orang tua, bahkan ulama kepada anak-anak bahwa dalam bertutur dan berperilaku hendaknya berpedoman pada istilah Kato Nan Ampek.
Kato Nan Ampek adalah ketentuan atau norma-norma dalam tata cara berucap baik itu kepada orang yang lebih tua, yang lebih muda, sebaya, bahkan kepada orang terdekat sekalipun, dilansir dari YouTube POEDY'STA channel.
Kato Nan Ampek terbagi menjadi 4 bagian: 1) Kato Mandaki, 2) Kato Manurun, 3) Kato Mandata, dan 4) Karo Malereang.
Berikut ini penjelasan dari 4 kategori tersebut.
Kato Mandaki
Kato Mandaki adalah tata cara dalam berucap dan bersikap kepada orang yang lebih tua.
Saat bertutur terhadap orang yang lebih tua, kita tidak boleh berkata kasar dan membentak.
Hendaknya, mendengarkan nasihat orang yang lebih tua dan tidak membantah perkataannya.
Baca Juga: Terniat! Trik Arief Muhammad Bangun Bisnis Rumah Makan Padang Payakumbuah, Sampai Lakukan Hal Begini
Misalkan, anak kepada orang tua, keponakan kepada paman, murid kepada guru, dan adik kepada kakak.
Artikel Terkait
Peran Syekh Burhannudin dalam Pengembangan Islam di Pariaman, Sukses Islamkan Orang Minang Secara Menyeluruh
Menikmati Sajian Nasi Padang RM Batavia Minang di Kota Tua Jakarta, Rendangya Lamak Bana!
Sejumlah Fakta di Balik Geliat Dagang Orang Minang yang Begitu Masif di Tanah Air
The Best Rendang di Kota Padang, Wajib Coba Kalau Mampir ke Minang, Bisa Sih Kirim Ke Jawa