Pasien gagal ginjal tentu membutuhkan metode khusus untuk membersihkan tubuh dari kotoran, racun, dan bahkan cairan dari tubuhnya, seperti cuci darah di rumah sakit.
Terlebih, pasien tersebut berniat puasa Ramadan sebulan penuh, harus memperhatikan beberapa poin penting berdasarkan syariat Islam dan kesehatannya sendiri.
Pemurnian darah dengan gagal ginjal, mengharuskan menarik darah pasien melalui jarum yang diletakkan pada salah satu pembuluh darah.
Lalu, darah itu dialirkan ke penyaring dengan larutan pemurni. Penyaring itulah yang akan membersihkan darah dari racun, garam berlebihan, dan dikembalikan ke tubuh pasien.
Adapun pengaruh dari sakitnya cuci darah terhadap hukum puasanya sah atau tidak adalah keluarnya darah ketika melakukan cuci darah.
Menurut syariat Islam, cuci darah menyerupai metode bekam dengan tubuh akan mengeluarkan banyak darah yang menyebabkan pasien itu makin lemah. Rasa lemah dan pegal otot akibat cuci darah lebih besar ketimbang bekam.
Sehingga, ada ulama yang berpendapat bahwa cuci darah lebih dapat membatalkan puasa terkecuali darah pad proses cuci darah dikembalikan ke tubuh pasien setelah dibersihkan, dan itu pun tak dilakukan dalam proses bekam.
Darah yang kembali ke tubuh pasien setelah proses cuci darah pun menjadi perdebatan antarulama. Lantaran, jumlah bahan gula dalam cairan pembersih itu sekitar 12 mg/liter.
Bahan gula itu mengalir masuk ke tubuh pasien setelah proses cuci darah. Jumlah itu pun dianggap sebagai nutrisi dan hukumnya seperti makan dan minum. Karena itu, proses cuci darah dapat menyebabkan batalnya puasa seseorang.
Artikel Terkait
Jelang Ramadan 2022, Inilah Cara Membayar Fidyah Sebagai Lunas Utang Puasa
Bagaimana Hukum Puasa Ramadan Jika Mencicipi Makanan saat Memasak? Inilah Dalilnya
Resep Simpel dan Bikin Kenyang, Takjil Candil Ketan untuk Buka Puasa Ramadan 2022
Tips Paling Jitu Menjaga Daya Tahan Tubuh Selama Puasa Ramadan 2022
Hukum Puasa Ramadan bagi Orang yang Melakukan Perjalanan Jauh, Termasuk Mudik